Rabu, 15 Agustus 2012

Senandung Esok Hari

Aku ini kenapa ?
Aku hampir tak tau, mana utara mana selatan ?
Mana hutan dan yang mana lautan ?

Aku hampir tak mengerti apa yang aku inginkan
Aku terus berjalan hingga sudut malam
Aku meringkuk, merasakan sakit yang tak berkesudahan
Sedang aku tak tau,
Aku ini kenapa ?

Mata tajam, mengamatiku
Sedang aku mengacuhkanmu
Rayuan palsu, terucap untukku
Namun, hati tak pedulikanmu

Apa aku lelah ?
Apa aku bersalah ?
Ataukah aku telah berdosa ?
Entahlah...

Aku terduduk dalam pangkuan-Nya
Aku menangis dalam pelukan-Nya
Aku mengeluh dalam dekapan-Nya

Malaikat malam menyapaku,
Mengibaskan sayapnya di depan raut wajahku
Menawarkan dirinya untuk melindungiku
Mengusap tangisku, dengan belai tangannya
Menyembuhkan lukaku dengan sentuhan hangatnya
Ia menatap mataku,
jauh lebih dalam dan sangat dalam
Lalu, ia berbisik dengan kelembutan suaranya,

“Aku tau, kamu sedang tidak baik-baik saja. Kamu menangis ? Menangislah !
Tapi, tidak untuk esok. Karena ketahuilah..
Kamu bisa tegar, lebih tegar dari mereka..
Kamu bisa bermimpi, lebih tinggi dari mereka...
Kamu bisa tersenyum, jauh lebih tulus dari mereka..”

Ia membawaku terbang
Untuk menunjukkanku bagaimana manisnya surga
Lalu ia menjatuhkanku
Hanya demi menunjukkan bagaimana pahitnya neraka

Aku masih tak mengerti
Mengapa ia seperti itu ?
Aku hanya dapat berterimakasih pada malaikat bersayap satu
yang telah mengajarkanku,
Bagaimana arti senyuman dalam sebuah kepedihan
Bagaimana arti tangisan di tengah kebahagiaan

Aku terbangun menginjak duniawi
Aku kembali untuk melukis indahnya sinar malam hari
Aku mencoba tuk tersenyum demi mewarnai hari
Dan aku hanya menangis ketika aku benar benar tertatih

Kemudian aku bangun tuk berdiri
Enggan tuk terjatuh kembali
Aku terus berlari, hingga patahkan hati
Aku terus menari, tak peduli sinar mentari
Aku terus bernyanyi, bernyanyi tuk bermimpi

Aku bahagia hidup seperti ini
Dengan senyum tulus dari sang Ilahi